Kami Siap Melayani Pemesanan Segala Jenis Pupuk Yang berkualitas Dan Berkadar Non Subsidi ke seluruh wilayah di indonesia, Untuk info lebih Lanjut Bisa hub. Alamat Di bawah ini:

Nama : Bpk. Indra
Alamat : Sidayu Gresik
No. Telp : 082391699911
e-mail : indralow1@gmail.com

Kamis, 14 Februari 2013


Bibit Karet Prima
Bibit Karet Prima
Bibit karet prima adalah bibit karet klonal yang diperoleh dari hasil okulasi antara batang bawah dan mata entres dari klon unggul yang dipersiapkan di pembibitan dan dipelihara dengan proses budidaya yang benar.  Bibit karet prima yang siap tanam umumnya merupakan bibit polibag yang telah memiliki dua hingga tiga payung  daun (Wibawa, Budi, Ilahang, Akiefnawati, Joshi, Penot, dan Janudianto, 2008).

Klon PB. 260 merupakan salah satu klon anjuran untuk batang atas.  Klon ini memiliki pertumbuhan yang jagur dengan sifat metabolisme yang tinggi sehingga pada usia 4 tahun mampu mencapai lilit batang 45 cm dan ketebalan kulit 6,3 mm.  Selain itu, potensi produksi klon PB. 260 cukup tinggi, yaitu rata-rata 1.063 kg karet kering tiap hektar tiap tahun.  Namun demikian, klon PB. 260 memiliki kelemahan yaitu kurang tanggap terhadap stimulan (Daslin, Woelan, dan Suhendry, 2009).

Bokor Kecrok
Bokor kecrok adalah salah satu perlakuan dalam menejemen akar tanaman karet yang dilakukan dengan mencangkul bokoran tanaman sedalam 10 cm, lebar 20 cm  melingkar  pohon tegak lurus dibawah kanopi daun bagian luar. Kegiatan ini bertujuan memperbaiki aerasi tanah dan merangsang pertumbuhan akar lateral.  Bokor kecrok juga berpengaruh terhadap efektivitas pemupukan.  Hal ini terjadi karena tanah yang terangkat saat pembokoran digunakan sebagai penutup pupuk yang diletakan pada lubang di lingkar kanopi tanaman yang dibokor kecrok.  Dengan cara demikian, penguapan pupuk dapat ditekan, sehingga penyerapan unsur hara oleh tanaman menjadi optimal. 

Bokor Kecrok
Bokor kecrok dan pemupukan adalah suatu kesatuan perlakuan dalam menejemen akar sebagai upaya optimalisasi pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara oleh tanaman.  Perlakuan bokor kecrok diharapkan mampu memutus akar lateral tanaman sehingga merangsang pertumbuhan akar-akar baru yang sangat responsif terhadap unsur hara.  Perlakuan bokor kecrok harus diikuti oleh pemupukan tanaman, sehingga sifat responsivitas akar-akar lateral terhadap unsur hara terpenuhi.  Pemupukan dilakukan 1-3 hari setelah bokor kecrok.  Tujuannya adalah agar tanah yang akan digunakan sebagai penutup pupuk tidak menimbun lubang bokoran yang telah dibuat karena erosi air hujan.

Klon yang tergolong quick starter (QS) seperti PB. 260, PB. 280, PB. 320 dan IRR 10 memiliki sifat metabolisme yang tinggi dapat dipacu pertumbuhan akarnya dengan perlakuan bokor kecrok dan pemupukan yang sesuai prosedur.  Pertumbuhan akar tanaman pada umumnya selalu diimbangi dengan pertumbuhan bagian tanaman lainnya seperti pertumbuhan batang dan kanopi.

Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu tindakan dalam agro-management untuk menunjang keberhasilan usaha perkebunan, meningkatkan produktivitas  tanaman, mengembalikan unsur hara yang terangkut keluar, menjaga kesehatan tanaman, dan memelihara kesuburan tanah yang berkelanjutan.  Biaya pemupukan merupakan biaya yang cukup tinggi dalam pemeliharaan tanaman, bisa mencapai 40-60%.  Oleh karena itu, pemupukan harus menjadi perhatian utama dan dilakukan seefektif dan seefisien mungkin dengan memperhatikan jenis pupuk, dosis, waktu, cara, dan kondisi areal yang akan dipupuk (Bagian Tanaman PT. Perkebunan Nusantara VII, 2004).

Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh peningkatan hasil panen.  Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan cara dan pada waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut.  Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan bobot kering atau serapan hara terhadap satuan hara yang ditambahkan dalam pupuk tersebut (Sagala, 2009).

Pada budidaya tanaman karet, penambahan hara dengan cara pemupukan secara teratur, terbukti dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman dan peningkatan produksi.  Respon pemupukan pada pertumbuhan lilit batang tanaman karet yang belum menghasilkan adalah sebesar 29%, sedangkan  pemupukan pada tanaman menghasilkan dapat meningkatkan produksi sebesar 15-25% (Istianto dan Nugroho, 2009).

Menurut Siagian, Pasaribu, dan Sohirin (2001), pemupukan yang tepat dapat mempersingkat masa TBM selama 6 bulan atau meningkatkan pertumbuhan hingga 30%.  Biaya pemupukan TBM menempati urutan pertama dibandingkan dengan biaya pemeliharaan lainnya, karena itu pemupukan memerlukan persiapan dan program yang cermat.  Respon tanaman terhadap pemupukan pada masa TBM jauh lebih besar dibandingkan pada masa TM.

Pemupukan sebaiknya dilakukan 1-3 hari setelah bokor kecrok.  Tujuannya adalah agar tanah yang akan digunakan sebagai penutup pupuk tidak menimbun lubang pada lingkar kanopi yang telah dibuat karena erosi air hujan.

Biaya pemupukan menempati urutan kedua setelah biaya panen.  Biaya pemupukan cenderung semakin mahal, namun tetap harus dilaksanakan karena terbukti bahwa pemupukan pada TBM mampu meningkatkan pertumbuhan hingga 30% dan pada TM mampu meningkatkan produksi hingga 24% (Istianto dan Nugroho, 2009).

Menejemen Percabangan
Pada tanaman karet, sistem percabangan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.  Penunasan dan induksi percabangan yang salah, dapat menyebabkan tanaman terlambat mencapai kriteria matang sadap, peka terhadap terpaan angin, dan tingkat pertumbuhan gulma pada areal pertanaman cukup tinggi.

Dalam menejemen percabangan tanaman karet, dikenal 2 kegiatan penting yaitu penunasan dan induksi percabangan.

1.  Penunasan (prunning)
Menurut Siagian, dkk. (2001), penunasan adalah kegiatan membuang tunas cabang dan tunas yang tumbuh dari batang bawah sepanjang 2,8 – 3,0 meter.  Tujuan dilakukannya penunasan adalah untuk mendapatkan bidang sadap yang mulus dan baik.  Tunas dibuang hingga tidak ada lagi bekas yang tersisa dan dilakukan sedini mungkin pada saat jaringan belum mengayu yakni usia 2-4 minggu dari awal tumbuhnya tunas.

Lebih lanjut Muda (2007), menjelaskan bahwa menunas tanaman karet adalah kegiatan membuang tunas yang tumbuh sebelum ketinggian 250 cm.  Hal ini dimaksudkan agar fotosintat lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan diameter batang utama, sehingga lilit batang cepat membesar dan diperoleh bidang sadap yang rata.

Pada perkebunan besar nasional, perkebunan swasta dan perkebunan rakyat, biasanya tunas cabang yang tumbuh pada tanaman muda segera dibuang dan dipotong dengan frekuensi 2-4 minggu sekali.  Tujuannya untuk memperoleh bidang sadapan yang rata dan baik.  Pada sistem penunasan secara bertahap dan terkendali, cabang-cabang tersebut dibiarkan tumbuh untuk beberapa waktu sampai mempunyai beberapa tingkat payung (Prasetya,1997).

Tunas yang tumbuh pada ketiak daun seperti yang ditunjukkan gambar 2.(a), menyerap fotosintat lebih banyak dibandingkan dengan yang digunakan untuk pertumbuhan lilit batang.  Tunas inilah yang harus dibuang dalam upaya mempercepat tercapainya kriteria matang sadap.  Pembuangan tunas harus sedekat mungkin dengan batang, hingga tidak ada bekas tunas yang tersisa dan sedini mungkin yaitu pada usia 2-4 minggu dari awal tumbuhnya tunas, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.(b), tujuannya agar bidang sadap tanaman tetap mulus dan tidak dipenuhi oleh sisa tunas yang mengayu.

2.  Induksi percabangan (branch induction)
Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya meninggi tanpa membentuk cabang.  Tanaman seperti ini pertumbuhan batangnya lambat sehingga terlambat mencapai matang sadap.  Selain itu, pada bagian ujungnya mudah dibengkokkan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang secara menyebelah, sehingga tajuk yang terbentuk tidak simetris.  Keadaan cabang seperti tersebut di atas akan sangat berbahaya karena cabang mudah patah bila ada angin kencang.  Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya antara 2,5 - 3 meter dari atas pertautan okulasi.  Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk di atas ketinggian tiga meter, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat pembentukan cabang agar tajuk tanaman lebih cepat terbentuk (Sagala, 2009).

Beberapa klon lambat membentuk percabangan yang disebabkan oleh sifat dominasi pertumbuhan tanaman (dominasi apikal) yang sangat kuat.  Dominasi apikal mendorong pertumbuhan tunas yang ada dipucuk tanaman (tunas terminal) tapi menghambat pertumbuhan tunas yang ada di ketiak daun (tunas lateral) sehingga menyebabkan tanaman tinggi dan kurus.  Untuk tanaman seperti itu diperlukan induksi percabangan.  Tujuan induksi cabang adalah mempercepat pertumbuhan lilit batang dan mengurangi kepekaan pohon terhadap angin (Siagian, dkk., 2001).

Menurut Setyamidjaja (1993), tujuan dari perangsangan percabangan adalah untuk mendorong tanaman bercabang pada ketinggian yang dikehendaki, untuk memperoleh cabang sesuai dengan yang diperlukan agar tanaman memiliki mahkota yang baik (rimbun) sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung secara optimal, dan untuk menambah kesuburan pertumbuhan tanaman dan memperoleh pertumbuhan yang rimbun.

Induksi percabangan dapat dilakukan dengan melakukan pemangkasan daun (clipping), penyanggulan (folding), dan pemenggalan batang (topping).

a. Pemangkasan daun (clipping)
Pemangkasan daun dilakukan dengan cara memotong tangkai daun pada payung daun teratas dan disisakan 3-4 tangkai daun yang paling ujung.  Pemangkasan daun dilakukan pada saat payung daun teratas masih berwarna kuning kemerahan sampai dengan hijau muda yang dimulai pada ketinggian 2,8 meter diatas pertautan okulasi.  Keberhasilan pemangkasan daun membentuk membentuk percabangan dapat mencapai 75-80%.

b. Penyanggulan (folding)
Menurut PT. Perkebunan Nusantara VII (2007), penyanggulan adalah suatu teknik perlakuan dalam rangka pengelolaan percabangan pada TBM karet yang bertujuan merangsang pertumbuhan cabang dan daun, menekan pertumbuhan batang kearah atas (longitudinal), meningkatkan pertumbuhan  lilit batang (transversal). 
Penyanggulan
Penyanggulan dilakukan dengan cara melipat daun dewasa pada payung teratas secara berkelompok (6 s/d 8 helaian daun) kearah pucuk tanaman menyerupai sanggul, kemudian lipatan tersebut diikat dengan tali karet.  Dengan demikian titik tumbuh pada pucuk terminalnya mati, sehingga batang utama menjadi tidak dominan.  Keberhasilan cara sanggul lebih tinggi dibandingkan cara pemangkasan daun (Siagian, dkk., 2001).

c. Pemenggalan batang (topping)
Pemenggalan batang dilakukan pada ketinggian 2,8-3,0 meter, lebih kurang 5 cm di atas mahkota daun teratas.  Pemenggalan batang sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan, menggunakan gunting pangkas yang tajam dan tangga berkaki tiga. Setelah cabang terbentuk, dilakukan penunasan ringan terhadap cabang, sehingga tajuk menjadi seimbang. Kelemahan pemenggalan batang adalah jika dilakukan pada jaringan yang masih muda, batang menjadi miring, sehingga peka terhadap serangan angin (Siagian, dkk., 2001).

Pemenggalan Batang (topping)
Dengan sistem penunasan dan induksi percabangan pertumbahan lilit batang akan lebih cepat, sehingga usia tanaman belum menghasilkan lebih pendek.  Selain itu, tindakan ini dapat mencegah tanaman karet doyong dan tumbang.  Dengan demikian, tindakan penunasan dan induksi percabangan dapat menghemat biaya pemeliharaan dan mempercepat tanaman berproduksi (PT. Perkebunan Nusantara VII , 2007). 

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About