Saat membuka televisi pagi siaran TVRI sangat menarik perhatian di mana di ulas tentang tumpang sari tanaman karet dan jahe merah di daerah Muaro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Propinsi Jambi . Memang ini merupakan salah satu upaya intensifikasi pertanian karena telah terjadinya alih fungsi lahan pertanian yang semakin meningkat secara signifikan setiap tahunnya.
Hebatnya program tumpang sari tanaman karet ( Hevea brasiliensis) dan tanaman jahe merah ( Zingiber officinale varietas rubrum) telah di kunjungi oleh Menteri Pertanian Indonesai Ir. h. Suswono dan ke depan akan di kembangkan di Indonesia.
Tanaman karet memang sudah biasa di lakukan tumpang sari dengan tanaman padi, kedelai dan jagung saat karet berumur di bawah 3 tahun namun untuk tanaman karet di atas 3 tahun tanaman sela di kebun karet
jarang lagi di lakukan oleh petani. Upaya mengembangkan tanaman sela karet di atas 3 tahun yang paling cocok adalah tanaman jahe merah. Tanaman jahe merah memiliki keunggulan merupakan tanaman yang sangat mudah di budidayakan dan hampir tidak banyak hama penyakit yang menyerang jahe merah, tanaman jahe merah merupakan tanaman mampu hidup secara liar di hutan apalagi jika tanaman jahe merah ini di budidayakan secara baik.
Tanaman jahe merah merupakan salah satu jenis varian jahe yang memiliki ukuran rimpang paling kecil namun mengandung minyak asiri, paling pedas, manfaat jahe baik untuk kesehatan sehingga selain di gunakan untuk bumbu dapur juga banyak di gunakan untuk bahan pembuatan jamu dan obat herbal bahkan biasa di gunakan untuk minuman tradisional yaitu bandrek. Melihat begitu banyak manfaat jahe merah maka akan sangat menjanjikan untuk di kembangkan bersama tanaman karet untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Dari segi aspek ekonomis panen jahe merah per hektar mampu mencapai 10-15 ton per hektar jika tanaman sela jahe merah ini di tanam sekitar 50% dari luas 1 ha maka akan menghasilkan 5 ton/ha dengan harga jahe merah yang berkisar 10000/kg maka akan di peroleh tambahan 50 juta untuk masa 8 -10 bulan sampai panen jahe merah, sangat menjanjikan jika di kelola dengan baik.
Dari segi budidaya jahe merah tidaklah sulit sangat mudah bagi para petani karet karena tidak membutuhkan teknik yang tinggi ibarat menanam ubi kayu tinggal menanam rimpangnya saja kemudian di rawat dan di bersihkan hanya saja yang perlu di persiapkan pemasaran jahe merah ini harus ada campur tangan dari pihak pemerintah terutama dinas pertanian agar tanaman sela jahe merah di antara tanaman karet dapat berkesinamabungan dan akhirnya menciptakan lapangan kerja baru dan peningkatan kesejahteraan petani kecil.
Siapa bilang petani tidak bisa kaya dengan penghasilan karet tradisional kira-kira 15 kg/ha harga 10000/kg maka akan di peroleh setiap hari 150000 jika hari kerja 20 hari saja dalam sebulan maka akan di peroleh 3 juta/bulan cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari dan jika menanam tanaman sela jahe merah yang di kelola dengan baik maka dalam 10 bulan akan mendapat tambahan 50 juta/tahun.
Hebatnya program tumpang sari tanaman karet ( Hevea brasiliensis) dan tanaman jahe merah ( Zingiber officinale varietas rubrum) telah di kunjungi oleh Menteri Pertanian Indonesai Ir. h. Suswono dan ke depan akan di kembangkan di Indonesia.
Tanaman karet memang sudah biasa di lakukan tumpang sari dengan tanaman padi, kedelai dan jagung saat karet berumur di bawah 3 tahun namun untuk tanaman karet di atas 3 tahun tanaman sela di kebun karet
jarang lagi di lakukan oleh petani. Upaya mengembangkan tanaman sela karet di atas 3 tahun yang paling cocok adalah tanaman jahe merah. Tanaman jahe merah memiliki keunggulan merupakan tanaman yang sangat mudah di budidayakan dan hampir tidak banyak hama penyakit yang menyerang jahe merah, tanaman jahe merah merupakan tanaman mampu hidup secara liar di hutan apalagi jika tanaman jahe merah ini di budidayakan secara baik.
Tanaman jahe merah merupakan salah satu jenis varian jahe yang memiliki ukuran rimpang paling kecil namun mengandung minyak asiri, paling pedas, manfaat jahe baik untuk kesehatan sehingga selain di gunakan untuk bumbu dapur juga banyak di gunakan untuk bahan pembuatan jamu dan obat herbal bahkan biasa di gunakan untuk minuman tradisional yaitu bandrek. Melihat begitu banyak manfaat jahe merah maka akan sangat menjanjikan untuk di kembangkan bersama tanaman karet untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Dari segi aspek ekonomis panen jahe merah per hektar mampu mencapai 10-15 ton per hektar jika tanaman sela jahe merah ini di tanam sekitar 50% dari luas 1 ha maka akan menghasilkan 5 ton/ha dengan harga jahe merah yang berkisar 10000/kg maka akan di peroleh tambahan 50 juta untuk masa 8 -10 bulan sampai panen jahe merah, sangat menjanjikan jika di kelola dengan baik.
Dari segi budidaya jahe merah tidaklah sulit sangat mudah bagi para petani karet karena tidak membutuhkan teknik yang tinggi ibarat menanam ubi kayu tinggal menanam rimpangnya saja kemudian di rawat dan di bersihkan hanya saja yang perlu di persiapkan pemasaran jahe merah ini harus ada campur tangan dari pihak pemerintah terutama dinas pertanian agar tanaman sela jahe merah di antara tanaman karet dapat berkesinamabungan dan akhirnya menciptakan lapangan kerja baru dan peningkatan kesejahteraan petani kecil.
Siapa bilang petani tidak bisa kaya dengan penghasilan karet tradisional kira-kira 15 kg/ha harga 10000/kg maka akan di peroleh setiap hari 150000 jika hari kerja 20 hari saja dalam sebulan maka akan di peroleh 3 juta/bulan cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari dan jika menanam tanaman sela jahe merah yang di kelola dengan baik maka dalam 10 bulan akan mendapat tambahan 50 juta/tahun.
0 komentar:
Posting Komentar