Jutaan hektar pertanaman kelapa sawit di Indonesia tengah menghadapi ancaman penyakit yang mematikan. Penyakit ini tidak hanya menyerang pertanaman kelapa sawit petani akan tetapi juga menyerang tanaman sawit di perkebunan besar yang dibudidayakan secara intensif. Penyakit menyerang bagian pangkal batang kelapa sawit secara perlahan sehingga menyebabkan busuknya pangkal batang oleh karena itu penyakit ini dinamakan Busuk Pangkal Batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Ganoderma spp. Menurut literatur ”Penyakit-Penyakit Perkebunan di Indonesia” yang ditulis oleh Semangun disebutkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense.
Menurut DR. Darmono, Kepala Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Perkebunan, dilapangan serangan penyakit BPB pada perkebunan kelapa sawit khususnya di wilayah Sumatera Utara sudah berada pada kondisi mengkhawatirkan. Darmono menjelaskan bahwa berdasarkan contoh kasus hasil sensus yang dilakukannya pada salah satu perkebunan kelapa sawit di wilayah Sumatera, dalam satu hektar tanaman kelapa sawit umur 14 tahun generasi ke 3 dan ke 4 serangan penyakit BPB mencapai 50%. Jika tanaman kelapa sawit sudah terserang BPB maka cepat atau lambat tanaman akan menjumpai kematiannya. Sementara itu berdasarkan rekaman data serangan OPT yang diperoleh Direktorat Jenderal Perkebunan serangan penyakit BPB terjadi di Sumatera Utara (2.691 ha), Bengkulu (678 ha), dan Aceh (135 ha). Diduga serangan penyakit BPB ini sudah banyak terjadi di luar ke tiga provinsi ini namun belum dilaporkan.
Arti Penting Ganoderma
Ganoderma adalah jamur patogenik tular tanah (soil borne) yang banyak ditemukan di hutan-hutan primer dan menyerang berbagai jenis tanaman hutan. Jamur ini dapat bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan diskusi pada pertemuan Kebijakan Perlindungan Perkebunan tahun 2010 lalu disebutkan bahwa sesungguhnya jamur Ganoderma tergolong pada kelompok jamur yang lemah. Serangan jamur Ganoderama pada kelapa sawit menjadi dominan karena terjadi ketidakseimbangan agroekosistem di perkebunan kelapa sawit dan tidak adanya jamur kompetitor dalam tanah, akibat menurunnya unsur hara organik dalam tanahdan aplikasi herbisida yang tidak bijaksana. Beberapa faktor krusial yang mempengaruhi perkembangan penyakit BPB antara lain bahan tanaman, jenis tanah, status hara, teknik penanaman, dan tanaman yang ditanam sebelum pembukaan lahan baru.
Penyakit menyebar ke tanaman sehat bila akar tanaman bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Laju infeksi Ganoderma akan semakin cepat ketika populasi sumber penyakit (inokulum) semakin banyak diareal perkebunan kelapa sawit. Hal ini akan mengancam kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit muda yang baru saja ditanam.
Gejala Serangan
Gejala awal serangan penyakit BPB pada kelapa sawit yaitu terdapat sedikitnya 3 pupus (pelepah daun muda) yang tidak membuka sempurna, terdapat bercak hitam pada pangkal batang. Selanjutnya gejala berupa kelayuan menyeluruh, daun nampak seperti kekurangan air dan hara, pelepah-pelepah terbawah menguning mulai dari ujung mengarah ke pangkal, mengering dan nekrosis berwarna cokelat. Daun-daun tua layu, patah pada pelepahnya dan menggantung disekitar batang.
Gejala khas serangan Ganoderma sebelum terbentuk tubuh buah adalah adanya pembusukan pada pangkal batang. Apabila pangkal batang sakit dibelah melintang, terlihat jaringan yang membusuk dan terdapat jalur-jalur tidak teratur berwarna cokelat tua. Di tepi daerah yang terinfeksi terdapat zone tidak teratur berwarna kuning danberbau seperti minyak sawit yang mengalami fermentasi yang merupakan akibat dari mekanisme perlawanan tanaman terhadap infeksi Ganoderma.
Bila tanaman sudah terserang berat, tubuh buah Ganoderma akan terbentuk pada pangkal batang atau akar sakit didekat batang. Tanaman mati dalam 6-12 bulan setelah terlihat gejala awal pada daun, dan banyak tanaman sakit tumbang sebelum badan buah jamur terbentuk terutama pada tanaman muda.
Upaya Pengendalian
Menurut Darmono sesungguhnya yang “sakit” adalah lahannya, sehingga meskipun bibit kelapa sawit yang ditanam bebas dari inokulum Ganoderma namun bila ditanam pada areal yang sudah terinfeksi Ganoderma dalam kualitas dan kuantitas yang tinggi maka tanaman tersebut akan terserang juga. Penyakit BPB pada kelapa sawit mampu mengakibatkan kematian tanaman lebih dari 80% populasi tanaman pada satu hamparan. Kondisi inilah yang menjadikan penyakit busuk pangkal batang pada kelapa sawit sebagai penyakit terpenting yang harus segera dikendalikan.
Sementara itu menurut Prof. Meity S. Sinaga, Pakar Ganoderma IPB, berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan strategi pengendalian penyakit BPB Ganoderma yang paling menjanjikan yaitu dengan menerapkan pengendalian terpadu yang merupakan kombinasi dari:
Menurut DR. Darmono, Kepala Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Perkebunan, dilapangan serangan penyakit BPB pada perkebunan kelapa sawit khususnya di wilayah Sumatera Utara sudah berada pada kondisi mengkhawatirkan. Darmono menjelaskan bahwa berdasarkan contoh kasus hasil sensus yang dilakukannya pada salah satu perkebunan kelapa sawit di wilayah Sumatera, dalam satu hektar tanaman kelapa sawit umur 14 tahun generasi ke 3 dan ke 4 serangan penyakit BPB mencapai 50%. Jika tanaman kelapa sawit sudah terserang BPB maka cepat atau lambat tanaman akan menjumpai kematiannya. Sementara itu berdasarkan rekaman data serangan OPT yang diperoleh Direktorat Jenderal Perkebunan serangan penyakit BPB terjadi di Sumatera Utara (2.691 ha), Bengkulu (678 ha), dan Aceh (135 ha). Diduga serangan penyakit BPB ini sudah banyak terjadi di luar ke tiga provinsi ini namun belum dilaporkan.
Arti Penting Ganoderma
Ganoderma adalah jamur patogenik tular tanah (soil borne) yang banyak ditemukan di hutan-hutan primer dan menyerang berbagai jenis tanaman hutan. Jamur ini dapat bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan diskusi pada pertemuan Kebijakan Perlindungan Perkebunan tahun 2010 lalu disebutkan bahwa sesungguhnya jamur Ganoderma tergolong pada kelompok jamur yang lemah. Serangan jamur Ganoderama pada kelapa sawit menjadi dominan karena terjadi ketidakseimbangan agroekosistem di perkebunan kelapa sawit dan tidak adanya jamur kompetitor dalam tanah, akibat menurunnya unsur hara organik dalam tanahdan aplikasi herbisida yang tidak bijaksana. Beberapa faktor krusial yang mempengaruhi perkembangan penyakit BPB antara lain bahan tanaman, jenis tanah, status hara, teknik penanaman, dan tanaman yang ditanam sebelum pembukaan lahan baru.
Penyakit menyebar ke tanaman sehat bila akar tanaman bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Laju infeksi Ganoderma akan semakin cepat ketika populasi sumber penyakit (inokulum) semakin banyak diareal perkebunan kelapa sawit. Hal ini akan mengancam kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit muda yang baru saja ditanam.
Gejala Serangan
Gejala awal serangan penyakit BPB pada kelapa sawit yaitu terdapat sedikitnya 3 pupus (pelepah daun muda) yang tidak membuka sempurna, terdapat bercak hitam pada pangkal batang. Selanjutnya gejala berupa kelayuan menyeluruh, daun nampak seperti kekurangan air dan hara, pelepah-pelepah terbawah menguning mulai dari ujung mengarah ke pangkal, mengering dan nekrosis berwarna cokelat. Daun-daun tua layu, patah pada pelepahnya dan menggantung disekitar batang.
Gejala khas serangan Ganoderma sebelum terbentuk tubuh buah adalah adanya pembusukan pada pangkal batang. Apabila pangkal batang sakit dibelah melintang, terlihat jaringan yang membusuk dan terdapat jalur-jalur tidak teratur berwarna cokelat tua. Di tepi daerah yang terinfeksi terdapat zone tidak teratur berwarna kuning danberbau seperti minyak sawit yang mengalami fermentasi yang merupakan akibat dari mekanisme perlawanan tanaman terhadap infeksi Ganoderma.
Bila tanaman sudah terserang berat, tubuh buah Ganoderma akan terbentuk pada pangkal batang atau akar sakit didekat batang. Tanaman mati dalam 6-12 bulan setelah terlihat gejala awal pada daun, dan banyak tanaman sakit tumbang sebelum badan buah jamur terbentuk terutama pada tanaman muda.
Upaya Pengendalian
Menurut Darmono sesungguhnya yang “sakit” adalah lahannya, sehingga meskipun bibit kelapa sawit yang ditanam bebas dari inokulum Ganoderma namun bila ditanam pada areal yang sudah terinfeksi Ganoderma dalam kualitas dan kuantitas yang tinggi maka tanaman tersebut akan terserang juga. Penyakit BPB pada kelapa sawit mampu mengakibatkan kematian tanaman lebih dari 80% populasi tanaman pada satu hamparan. Kondisi inilah yang menjadikan penyakit busuk pangkal batang pada kelapa sawit sebagai penyakit terpenting yang harus segera dikendalikan.
Sementara itu menurut Prof. Meity S. Sinaga, Pakar Ganoderma IPB, berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan strategi pengendalian penyakit BPB Ganoderma yang paling menjanjikan yaitu dengan menerapkan pengendalian terpadu yang merupakan kombinasi dari:
- Pengendalian hayati yaitu perlakuan bibit dengan jamur antagonis (Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.) dan Mikoriza; Untuk meningkatkan pertahanan tanaman terhadap serangan penyakit BPB pada pembibitan kelapa sawit, ke dalam polibag ditambahkan 15-30 gram Mikoriza Arbuskular Vasikular (MVA). Pada saat bibit dipindahkan ke lapangan, ke dalam lubang tanam ditambahkan jamur Trichoderma spp. sebanyak 50-75 gram.
- Pemanfaatan tanaman yang toleran terhadap serangan Ganoderma. Ada indikasi bahwa bahan tanaman (varietas dura) menunjukkan gejala yang lebih lambat daripada bahan tanaman (varietas ternera) yang banyak ditanam di Sumatera.
- Pembuatan parit isolasi untuk tanaman terinfeksi, dan
- Pemusnahan inokulum dengan cara membongkar tanah dan memusnahkan tunggul-tunggul serta akar-akar tanaman terinfeksi kemudian dibakar.
0 komentar:
Posting Komentar